Kenali Beda Stunting dan Gizi Buruk

Stunting telah menjadi topik yang menarik banyak perhatian selama beberapa tahun terakhir. Menurut hasil Survei Status Gizi Balita (SSGBI) 2019, angka prevalensi (jumlah kasus penyakit pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah) stunting di Indonesia mencapai 27,67 persen. Selain tingkat stunting yang masih di bawah standar, pemahaman masyarakat tentang stunting pun masih terbilang minim. Salah satu indikasinya adalah stunting yang kerap disalahartikan sebagai gizi buruk di tengah masyarakat awam.

Lantas, apa sebenarnya perbedaan antara stunting dan gizi buruk? Mari kita telaah lebih lanjut.

Ciri-Ciri Stunting dan Gizi Buruk

Ciri-Ciri Gizi Buruk

Anak dengan gizi buruk umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Kulit yang kering dan keriput
  • Lemak di bawah kulit berkurang
  • Otot mengecil
  • Perut membuncit (jika sudah parah)

Ciri-ciri di atas menunjukkan adanya kekurangan gizi dalam jangka pendek yang menyebabkan penurunan berat badan. Tubuh tidak mendapatkan zat gizi yang cukup sehingga energi dan cadangan lemak terkuras habis.

Kekurangan gizi yang berlangsung lama dapat menimbulkan gejala gizi buruk berat. Tanda-tandanya antara lain rambut mudah dicabut, mata cekung, wajah seperti orang tua, perut buncit seperti busung lapar, dan kaki membengkak. Kondisi ini sangat berbahaya dan memerlukan penanganan medis segera.

Ciri-Ciri Stunting

Berbeda dengan gizi buruk, anak yang mengalami stunting memiliki ciri-ciri:

  • Pertumbuhan melambat
  • Tubuh lebih pendek dibandingkan anak seumuran
  • Tampak lebih muda dari usianya

Stunting disebabkan oleh kekurangan gizi kronis sejak dalam kandungan hingga 2 tahun pertama kehidupan. Kekurangan gizi dalam jangka panjang ini menghambat pertumbuhan otak, tinggi badan, dan perkembangan motorik anak.

Faktor Penyebab Stunting dan Gizi Buruk

Penyebab Gizi Buruk

Gizi buruk pada dasarnya disebabkan oleh:

  • Asupan gizi yang kurang dalam jangka pendek
  • Penyakit infeksi akut seperti diare atau ISPA
  • Gangguan penyerapan zat gizi

Ketiga hal tersebut dapat mengakibatkan tubuh kekurangan zat gizi esensial dalam waktu singkat. Apabila tidak ditangani dengan baik, gizi buruk bisa terjadi dalam hitungan minggu saja.

Beberapa faktor risiko gizi buruk antara lain:

  • Makanan bergizi tidak terjangkau
  • Pola asuh dan sanitasi buruk
  • Pengetahuan ibu tentang gizi rendah
  • Anak sering sakit

Gizi buruk paling sering terjadi pada balita usia 6-24 bulan karena mereka sangat rentan terhadap infeksi dan kesulitan makan makanan padat.

Penyebab Stunting

Stunting umumnya disebabkan oleh:

  • Kekurangan gizi kronis sejak janin dalam kandungan
  • Pemberian ASI yang kurang optimal
  • MPASI yang kurang bergizi
  • Penyakit infeksi berulang

Masalah gizi yang berlangsung lama sejak dini, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, akan menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak.

Beberapa faktor risiko stunting antara lain:

  • Ibu hamil kurang gizi atau anemia
  • Bayi berat lahir rendah
  • ASI eksklusif kurang dari 6 bulan
  • MPASI tidak tepat waktu atau kurang gizi
  • Sanitasi dan pola asuh buruk
  • Anak sering sakit

Stunting paling banyak terjadi pada anak usia 12-59 bulan. Intervensi gizi yang tepat sejak dini sangat penting untuk mencegah stunting.

Dampak Stunting dan Gizi Buruk

Dampak Gizi Buruk

Beberapa dampak buruk yang ditimbulkan gizi buruk antara lain:

  • Mudah terkena infeksi dan penyakit. Sistem kekebalan tubuh melemah karena kekurangan gizi.
  • Gangguan perkembangan otak dan kognitif. Zat gizi seperti yodium dan zat besi sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak. Kekurangannya dapat menurunkan IQ anak.
  • Kematian. Gizi buruk yang parah dan tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan kematian.
  • Stunting. Jika berlangsung lama, gizi buruk dapat berdampak stunting dan anak menjadi kurus (wasting).

Gizi buruk yang dialami balita berisiko tinggi meningkatkan angka kematian bayi dan anak. Segera lakukan penanganan medis jika menemukan tanda-tanda gizi buruk pada anak.

Dampak Stunting

Adapun dampak jangka pendek dan panjang dari stunting adalah:

  • Daya tahan tubuh lemah dan rentan sakit
  • Perkembangan motorik dan kognitif terlambat
  • Prestasi belajar di sekolah rendah
  • Mudah stres dan sulit berkonsentrasi

Dampak jangka panjang:

  • Kapasitas dan produktivitas kerja berkurang
  • Berisiko penyakit tidak menular di masa dewasa
  • Mengurangi kemampuan generasi penerus

Stunting yang dialami sejak dini akan menghambat perkembangan anak secara permanen. Oleh karena itu, pencegahan sejak janin dalam kandungan hingga 2 tahun pertama sangat penting untuk mencegah stunting.

Perbandingan Stunting dan Gizi Buruk

Berikut perbandingan stunting dan gizi buruk dilihat dari beberapa aspek:

AspekStuntingGizi Buruk
DefinisiPertumbuhan terhambat (pendek)Berat badan rendah
PenyebabKekurangan gizi kronisKekurangan gizi akut
DurasiLama (sejak janin hingga 2 tahun pertama)Singkat (hitungan minggu)
ParameterTinggi badan vs usiaBerat badan vs usia
DampakHambatan perkembangan permanenRisiko kematian meningkat
GejalaTubuh pendek, tampak lebih mudaKulit kering, otot mengecil, perut buncit
PencegahanGizi ibu hamil, ASI eksklusif, MPASI tepat waktuSanitasi baik, akses makanan bergizi
PenangananStimulasi tumbuh kembang, pantau rutinMakanan tambahan, atasi infeksi, suplemen

Dari tabel di atas, terlihat bahwa stunting dan gizi buruk memiliki perbedaan mendasar dalam berbagai aspek, mulai dari penyebab, durasi, hingga cara penanganannya.

Pencegahan dan Penanganan

Pencegahan Stunting

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting sejak dini:

  • Perbaiki gizi ibu hamil. Berikan suplementasi zat besi, asam folat, dan kalsium agar janin tumbuh optimal.
  • Dorong ASI eksklusif 6 bulan. ASI mengandung zat gizi terbaik untuk bayi. Hindari susu formula atau makanan pendamping sebelum 6 bulan.
  • Berikan MPASI tepat waktu dan bergizi. Pada usia 6 bulan, berikan MPASI dengan tekstur yang sesuai tahapan usia. Gunakan bahan makanan beragam dan kaya gizi.
  • Tingkatkan sanitasi dan akses air bersih. Mencuci tangan dan menjaga kebersihan dapat mencegah penyakit infeksi pada balita.
  • Perbaiki pola asuh orang tua. Ajarkan orang tua tentang gizi seimbang, stimulasi perkembangan, dan deteksi dini penyimpangan pertumbuhan.
  • Pantau pertumbuhan balita secara rutin. Lakukan penimbangan dan pengukuran balita setiap bulan untuk memantau status gizinya.

Penanganan Gizi Buruk

Beberapa langkah penanganan gizi buruk:

  • Berikan makanan tambahan dengan kandungan energi dan protein tinggi. Contohnya Timnas, biscuit tinggi kalori, susu formula khusus.
  • Obati infeksi dengan antibiotik. Pastikan tubuh bebas infeksi agar mampu menyerap zat gizi.
  • Lakukan stimulasi makan agar nafsu makan meningkat. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi lebih sering.
  • Berikan suplemen vitamin dan mineral seperti vitamin A, zink, dan zat besi.
  • Pantau perkembangan berat badan setiap minggu. Berat badan harus bertambah minimal 10 gram per hari.
  • Bawa ke fasilitas kesehatan jika mengalami gizi buruk berat. Perawatan di rumah sakit diperlukan untuk kasus yang parah.

Dengan penanganan yang tepat dan berkelanjutan, gizi buruk pada balita dapat sembuh total dalam waktu 3-6 bulan. Konsultasikan dengan tenaga medis untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.

Kesimpulan

Stunting dan gizi buruk memiliki perbedaan mendasar dalam hal penyebab, durasi, dampak, serta cara pencegahan dan penangannya. Stunting disebabkan kekurangan gizi kronis yang berlangsung lama, sedangkan gizi buruk akibat kekurangan gizi akut dalam waktu singkat.

Baik stunting maupun gizi buruk sama-sama berbahaya bagi tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, deteksi dini dan intervensi gizi yang tepat sangat dibutuhkan. Dengan memastikan asupan gizi yang cukup dan seimbang sejak dalam kandungan, orang tua dapat mencegah stunting maupun gizi buruk pada anak demi masa depan yang lebih cerah.